Jumat, 30 Januari 2009

Azam Jauhary : TAHAJUD CINTA

TAHAJUD HAMBA

(Azam Jauhari)

Dalam tahajud sunyi kekasih

Dapatkah ku raba wajahMu

Pada lelah aku tengadah

Mengharap embun KasihMu

Tuhanku

Allah Ahla Wajahla

Aku hanya musafir

Tak berbekal di padang sunyi

Angin menerpa jilati Telanjangku

Dapatkah Ku terus berjalan Menyosongmu

Bukan surga yang kurindu kekasih

Cukup hanya kau bagiku

***

Terus aku berjalan Menapak

Meniti sunyi mencari wujudMu

Pada kelam hatiku

Dapatkah ku menemui cahaya Mu

Bagai Musa yang menggapai-gapai di Bukit Sinai

Seperti Ibrahim yang kehilangan kapak

Mampukah kuhancurkan berhala-berhala peradaban

***

Wahai kekasih

Telah kering air mata ini

Ingin kuwadahi semua firmanmu dibahtera Nuh

Tapi banjir bandang zaman yang bingung

Menerpa melimpah ruah

Luber ke jalan-jalan

Terjang segala

Aku menggapai-gapai

Timbul-tenggelam

Kekasih ya kekasih

Dendam rindu ini tak tertampung lagi

Di bendungan diri

Pecah berkeping-keping

Allah..Allah..Allah

Aku kembara malam

Dari waktu ke waktu

Senin, 25 Desember 1995



HIJAU RANAU

(Azam Jauhari)

Burung kecil yang hampir patah sayapnya ini

Masih sanggupkah terbang

Ketika suka dan jenuh

kembali datang bergantian

seharusnya

aku menaruh rasa cinta

pada alam desa

hijau ranau

masa laluku dulu

dapatkah ku rengkuh kembali

atau aku harus sesali keangkuhanku dulu

ah.. moga hilang segala resah

Punggung Desa Kaligumulir, 17 Desember 1995




SUNYI
(Azam Jauhari)

Untuk dapatkan tempat

Pada sudut hatimu

Setelah itu

Ku berjanji hanya ada Satu yang bertahta dalam hati

Untuk itu

Jangan biarkan aku mencari

Dalam sunyi

Atau kata tidak selalu bertalu

Dalam galau ragu

(yang ada di hatimu, aku tahu itu)

harapkan dirimu bersamaku

hanya itu yang ku mau

biar embun mengejekku

yang hanya sempat mengenang angan

ijinkan ku rengkuh hatimu

atau biarkan semua berlalu

menjadi tinggal

tersisa biru

21 Oktober 1995


ROMAN SORE

(Azam Jauhari)

Hujan sore lagukan serenande

Mengalun bagai simfoni

Begitu indah ia tercurah

Manis

Apalagi yang ada

Selain rasa

Ketika datang

Wahai mimpi

Pantai

Pasir

Ombak

Duduk berdua

Roman

29 Oktober 1995


BERHARAP…

(Azam Jauhari)

Bila aku terlalu berharap

Bagaimana nanti bila terhempas

Sedang aku selalu

Melihat telaga pada bening matamu

Manis…

Adakah kau pernah merasa

Bahwa diri selalu berharap

Akan doa tulusmu

Disetiap perjuangan

Seperti ini

Lantaran wajahmu yang sendu

Selalu melintas di mataku

Melambai aku datang

Mengharap aku menang

1 Desember 1989




PERAHU KERTAS

(Azam Jauhari)

Dimanakah perahu kertasku

Dapatku lebuhkan lagi

Selain pada dermaga biru di hatimu

Jingga yang hampir layu

Bolehkah ku siram kembali

Manisku..

Lewat angin yang menembus jendela

Masih selalu terbawa senyum manismu

aku ingin bertanya

kenapa mawar yang dulu kita semai

kau biarkan jadi layu

atau

tak ada lagi jingga dihatimu

10 Nov 95




KUCARI KAU

(Azam Jauhari)

Apakah aku mulai menemukan-Mu?

Tuhanku aku ingin dekat lagi padamu

Seperti dahulu

Agar tenang lagi jiwa ini

Aku ingin lebur

Dalam hampa semestamu

Pada kepekatan yang penuh cahaya

Kucari kau lagi

Dekap aku hingga jadi sirna

Karena aku adalah tiada

Hanya engkaulah semesta abadi

Masjid Suralaya, Nov 95




CAHAYA CINTA

(Azam Jauhari)

Haruskah aku jadi Rumi

Yang minum anggur lalu menari

Memuja sang abadi

Ketika ekstase tercapai

Aku adalah aku yang menyatu dengan dirimu

Wahai pemilik segala sifat

Yang ada hanya aku pecahan dirimu

Yang lain lenyap tertelan waktu

Wahai sang maha cinta

Sang maha cahaya

Maha lembut

Seperti Ra’biah Al Adawiyah

Dapatkah itu kau capai

Hingga tak ada lagi

Kebencian dihatiku

Yang tinggal hanya cinta

Kepada setan sekalipun

16Maret 95


HIDUP
(Azam Jauhari)

Bila hidup tak boleh lagi memilih

Kau tawarkan padaku arena

Tempat aku mesti bertarung

Dan hidup yang mulai tertawa

“Kemana kejantanmu…?”

topeng yang kukenankan

tak mampu lagi tutupi bopengku

kemana…?!

Disana dan disini

Tak lagi ketemu makna

Semakin aku terlempar

Terhempas pada kehampaan

Ruang tak berbatas

November 1989


LARUT
(Azam Jauhari)

Ada diantara sepimu

Datar ombak lautan

Jazirah dari sepi yang kadang

Aus dan larut

Malam pada siang yang berkejaran

Jatuh?

Begitulah rumahmu telah dekat

Untuk jejak pengembaraan

Yang masih terbaca penalaran

Hari-hari ditengah lautan

Dimanakah mutiara

Raga pada sukma

Dimana anggur pada air

Lembar demi lembar

Iqrok…

Ayat-ayat-Mu yang tak butuh kertas lagi



SAJAK KEPADA LAUT

(Azam Jauhari)

Tolong…!

Pinjamkan ombakmu

Pada debur jantungku

Dan jangan…

Hapus jejak tapak pada pantai

Biar semua tahu

aku suka…

hirup harum asinmu

laut..

adakah kau mengerti

ada rindu pada dasarmu

coba tengok

bila sesekali tenang ombakmu

usik aku

15 September 1989




BANDUNG 14

(Azam Jauhari)

Terkadang ada yang tak kubiarkan

Merebut masa depan

Merampas air esok pagi

Mengakangi waktu…

Yang seharusnya kini milikku

……..

beribu nilai berperang bubrah

dalam kefanaan diri

al Taqwa….?

Atau bandung 14

Aku mencari-Mu

Luberkan segala gelisah

Mencari diri yang terlempar

Benarkah aku sendiri

Dimana aku cari kau

Kekasih Al Taqwa

Atau Bandung 14

Sedang kau

Ada pada setiap cermin

28 Oktober 1989




SURGA

(Azam Jauhari)

Seorang adik membawa sandal ibu

Ketika kutanya

apa yang kau bawa?

Surga jawabnya

***

aku merasa asing

kata rembulan

kepada malam

11 Desember 1989


KUTUNGGU DI BATAS SENYUMMU
(Azam Jauhari)

Adakah pernah kau dengar

nyanyi sepi burung pagi

adakah pernah kau lihat

embun tetes damba mentari

adakah itu…?

Masihkah dermaga…?

Ku tunggu di batas senyummu…

21 Desember 1989



SUDAHLAH….

(Azam Jauhari)

apa yang harus kucari

di panas siang yang membising

mengajak aku untuk menjauh diri

terlempar pada tempat yang asing

………

harusnya aku tak berharap banyak darimu

karena aku tak pantas berharap

sedang kau setinggi gunung

tapi kau tak seputih mega

………

sudahlah…

bila resah harus kutelan

tak usah kau membakar

dengan sulut apimu

di dadaku ombak belum surut

walau mungkin kamu adalah batu karang

3 Nov-89


SEPI LINKUPKU

(Azam Jauhari)

sepi adalah linkupku

ruang sunyi

temaram lampu dan dinding putih

sepi adalah linkupku

pada medan aku bertarung

hati gejolak

pikiran gelisah dalam kefanaan diri

sepi adalah linkupku

semakin aku kehilangan jarak

kehilangan diriku sendiri

terlempar

terpental jauh

dan jatuh luruh

dan lantai yang membisu

tak juga mau menyapa

sepi adalah linkupku

nyala api yang semakin padam

sengaja engkau padamkan..?

atau memang aku menghendaki!

Sepi adalah linkupku

Ketika kuselam jiwa

Semakin aku tak menemu

Tanda Tanya…

4 Nov 1989



HUKUM ALAM

(Azam Jauhari)

Ia yang melampaui batasan ruang dan waktu

Dalam kefanaanya ada keabadiaan

Namun keabadian tak dicapai dengan hukum

Walau hukum adalah abadi

Dan hukum tak tahu keadilan

Yang tahu keadilan Cuma Dia

Dia yang punya segala ruang dan waktu

Dia yang terakhir dalam keakhiranNya

Namun Dia tak punya akhir

Akhir adalah kepunyaan Nya

Dia abadi dalam keabadian

Dia abadi dalam keadilan

Dan..

Dia yang punya hukum abadi

11 Nov 1989



WANITA ADALAH….

(Azam Jauhari)

wanita adalah dermaga kapal bersandar

ia adalah rindu tempat buih meniti laut

jiwanya adalah kelembutan rimbun daun

dan senyum…

adalah matahari yang membelah buana

duri adalah permadani

bila berjalan bersamanya

bening mata adalah tenangnya telaga

tangan siapa menjulur

membelai dalam gelap malam

dikedua kakinya gerbang surga membuka

waktu kuminta padanya langit

diberikannya langit tanpa awan

waktu kuminta padanya bunga

diberikannya setaman merah mawar

……

wanita adalah sungai yang mengalir

dikedalamannya terpantul biru langit

dan pada bening arusnya

adalah diri yang terhanyut

tiada mimpi tanpa ia hadir

16 Nov 1989



TRILOGI PERAHU KERTAS

(Azam Jauhari)

aku pengin sandarkan harapan

tapi dermaga yang semakin sayup

menjauh tinggal noktah

pasir yang berserak pada watas gelombang

nyanyikan kidung yang asing

aku pengin sandarkan perahu kertasku

pada pelabuhan harapan

yang semakin aku tak tahu

kapan dermaga akan kutemui

aku pengin sandarkan perahu kertas

pada ujung senyummu

yang semakin mengambang

dan tanggalkan goresan

pada dinding hati.

30 November 1989




KETIKA HUJAN TURUN SORE ITU

(Azam Jauhari)

Dan hujan menjanjikan sesuatu

Aku sendiri tak tahu

Lalu lalang manusia di bawah jendela

Mencari apa..?

Sekedar makna hidup

Atau Cuma kekaburan

Seperti kelabunya langit

Ah... semua kian menjauh

Dingin dan semakin tebal

Banyak orang berteriak tentang korupsi

Dan korupsi semakin mekar

Bagai mekarnya merah mawar

Bagai rekahnya bibir juwita

Dan birokasi yang sumpek

Pasar yang dikakangi

Monopoli

Dimanakah hak kami...?

Kampus Malang, 22 Mei 1990



ZIARAH I

(Azam Jauhari)

antara dua nisan

menghitung hari

menengok masa

semakin beranjak tua

antara setumpuk arti

tercecer sejumput makna

“aku menengok kuburku”

22 Des 1989




ZIARAH II

(Azam Jauhari)

Menegok kuburku

Ada yang tertinggal

Tapak kaki di pemakaman

Jasadku mengapung

Dalam hampa

Ruang dan masa

22 Des 1989




ZIARAH III

(Azam Jauhari)

Ada sesuatu yang terkubur

Dalam gelisah diri

Menampar langkah

Iringan usung keranda

Hantarkan jasadku keliang lahat

Gelora tertimbun tanah merah

Ada yang masih tersisa

Resah belum terkubur

Do’a para pelayat

Amien...!

23 Desember 1989

Tidak ada komentar:

Posting Komentar