TAHAJUD HAMBA
(Azam Jauhari)
Dalam tahajud sunyi kekasih
Dapatkah ku raba wajahMu
Pada lelah aku tengadah
Mengharap embun KasihMu
Tuhanku
Allah Ahla Wajahla
Aku hanya musafir
Tak berbekal di
Angin menerpa jilati Telanjangku
Dapatkah Ku terus berjalan Menyosongmu
Bukan surga yang kurindu kekasih
Cukup hanya kau bagiku
***
Terus aku berjalan Menapak
Meniti sunyi mencari wujudMu
Pada kelam hatiku
Dapatkah ku menemui cahaya Mu
Bagai Musa yang menggapai-gapai di Bukit Sinai
Seperti Ibrahim yang kehilangan kapak
Mampukah kuhancurkan berhala-berhala peradaban
***
Wahai kekasih
Telah kering air mata ini
Ingin kuwadahi semua firmanmu dibahtera Nuh
Tapi banjir bandang zaman yang bingung
Menerpa melimpah ruah
Luber ke jalan-jalan
Terjang segala
Aku menggapai-gapai
Timbul-tenggelam
Kekasih ya kekasih
Dendam rindu ini tak tertampung lagi
Di bendungan diri
Pecah berkeping-keping
Allah..Allah..Allah
Aku kembara malam
Dari waktu ke waktu
Senin, 25 Desember 1995
HIJAU RANAU
(Azam Jauhari)
Burung kecil yang hampir patah sayapnya ini
Masih sanggupkah terbang
Ketika suka dan jenuh
kembali datang bergantian
seharusnya
aku menaruh rasa cinta
pada alam desa
hijau ranau
masa laluku dulu
dapatkah ku rengkuh kembali
atau aku harus sesali keangkuhanku dulu
ah.. moga hilang segala resah
Punggung Desa Kaligumulir, 17 Desember 1995
SUNYI
(Azam Jauhari)
Untuk dapatkan tempat
Pada sudut hatimu
Setelah itu
Ku berjanji hanya ada Satu yang bertahta dalam hati
Untuk itu
Jangan biarkan aku mencari
Dalam sunyi
Atau kata tidak selalu bertalu
Dalam galau ragu
(yang ada di hatimu, aku tahu itu)
harapkan dirimu bersamaku
hanya itu yang ku mau
biar embun mengejekku
yang hanya sempat mengenang angan
ijinkan ku rengkuh hatimu
atau biarkan semua berlalu
menjadi tinggal
tersisa biru
21 Oktober 1995
ROMAN SORE
(Azam Jauhari)
Hujan sore lagukan serenande
Mengalun bagai simfoni
Begitu indah ia tercurah
Manis
Apalagi yang ada
Selain rasa
Ketika datang
Wahai mimpi
Pantai
Pasir
Ombak
Duduk berdua
Roman
29 Oktober 1995
BERHARAP…
(Azam Jauhari)
Bila aku terlalu berharap
Bagaimana nanti bila terhempas
Sedang aku selalu
Melihat telaga pada bening matamu
Manis…
Adakah kau pernah merasa
Bahwa diri selalu berharap
Akan doa tulusmu
Disetiap perjuangan
Seperti ini
Lantaran wajahmu yang sendu
Selalu melintas di mataku
Melambai aku datang
Mengharap aku menang
1 Desember 1989
PERAHU KERTAS
(Azam Jauhari)
Dimanakah perahu kertasku
Dapatku lebuhkan lagi
Selain pada dermaga biru di hatimu
Jingga yang hampir layu
Bolehkah ku siram kembali
Manisku..
Lewat angin yang menembus jendela
Masih selalu terbawa senyum manismu
…
aku ingin bertanya
kenapa mawar yang dulu kita semai
kau biarkan jadi layu
atau
tak ada lagi jingga dihatimu
KUCARI KAU
(Azam Jauhari)
Apakah aku mulai menemukan-Mu?
Tuhanku aku ingin dekat lagi padamu
Seperti dahulu
Agar tenang lagi jiwa ini
Aku ingin lebur
Dalam hampa semestamu
Pada kepekatan yang penuh cahaya
Kucari kau lagi
Dekap aku hingga jadi sirna
Karena aku adalah tiada
Hanya engkaulah semesta abadi
Masjid Suralaya, Nov 95
CAHAYA CINTA
(Azam Jauhari)
Haruskah aku jadi Rumi
Yang minum anggur lalu menari
Memuja sang abadi
Ketika ekstase tercapai
Aku adalah aku yang menyatu dengan dirimu
Wahai pemilik segala sifat
Yang ada hanya aku pecahan dirimu
Yang lain lenyap tertelan waktu
Wahai sang maha cinta
Sang maha cahaya
Maha lembut
Seperti Ra’biah Al Adawiyah
Dapatkah itu kau capai
Hingga tak ada lagi
Kebencian dihatiku
Yang tinggal hanya cinta
Kepada setan sekalipun
16Maret 95
HIDUP
(Azam Jauhari)
Bila hidup tak boleh lagi memilih
Kau tawarkan padaku arena
Tempat aku mesti bertarung
Dan hidup yang mulai tertawa
“Kemana kejantanmu…?”
topeng yang kukenankan
tak mampu lagi tutupi bopengku
kemana…?!
Disana dan disini
Tak lagi ketemu makna
Semakin aku terlempar
Terhempas pada kehampaan
Ruang tak berbatas
November 1989
LARUT
(Azam Jauhari)
Datar ombak lautan
Jazirah dari sepi yang kadang
Aus dan larut
Malam pada siang yang berkejaran
Jatuh?
Begitulah rumahmu telah dekat
Untuk jejak pengembaraan
Yang masih terbaca penalaran
Hari-hari ditengah lautan
Dimanakah mutiara
Raga pada sukma
Dimana anggur pada air
Lembar demi lembar
Iqrok…
Ayat-ayat-Mu yang tak butuh kertas lagi
SAJAK KEPADA LAUT
(Azam Jauhari)
Tolong…!
Pinjamkan ombakmu
Pada debur jantungku
Dan jangan…
Hapus jejak tapak pada pantai
Biar semua tahu
aku suka…
hirup harum asinmu
laut..
adakah kau mengerti
ada rindu pada dasarmu
coba tengok
bila sesekali tenang ombakmu
usik aku
(Azam Jauhari)
Terkadang ada yang tak kubiarkan
Merebut masa depan
Merampas air esok pagi
Mengakangi waktu…
Yang seharusnya kini milikku
……..
beribu nilai berperang bubrah
dalam kefanaan diri
al Taqwa….?
Atau
Aku mencari-Mu
Luberkan segala gelisah
Mencari diri yang terlempar
Benarkah aku sendiri
Dimana aku cari kau
Kekasih Al Taqwa
Atau Bandung 14
Sedang kau
28 Oktober 1989
SURGA
(Azam Jauhari)
Seorang adik membawa sandal ibu
Ketika kutanya
apa yang kau bawa?
Surga jawabnya
***
aku merasa asing
kata rembulan
kepada malam
11 Desember 1989
KUTUNGGU DI BATAS SENYUMMU
(Azam Jauhari)
Adakah pernah kau dengar
nyanyi sepi burung pagi
adakah pernah kau lihat
embun tetes damba mentari
adakah itu…?
Masihkah dermaga…?
Ku tunggu di batas senyummu…
21 Desember 1989
SUDAHLAH….
(Azam Jauhari)
apa yang harus kucari
di panas siang yang membising
mengajak aku untuk menjauh diri
terlempar pada tempat yang asing
………
harusnya aku tak berharap banyak darimu
karena aku tak pantas berharap
sedang kau setinggi gunung
tapi kau tak seputih mega
………
sudahlah…
bila resah harus kutelan
tak usah kau membakar
dengan sulut apimu
di dadaku ombak belum surut
walau mungkin kamu adalah batu karang
3 Nov-89
SEPI LINKUPKU
(Azam Jauhari)
sepi adalah linkupku
ruang sunyi
temaram lampu dan dinding putih
sepi adalah linkupku
pada
hati gejolak
pikiran gelisah dalam kefanaan diri
sepi adalah linkupku
semakin aku kehilangan jarak
kehilangan diriku sendiri
terlempar
terpental jauh
dan jatuh luruh
dan lantai yang membisu
tak juga mau menyapa
sepi adalah linkupku
nyala api yang semakin padam
sengaja engkau padamkan..?
atau memang aku menghendaki!
Sepi adalah linkupku
Ketika kuselam jiwa
Semakin aku tak menemu
Tanda Tanya…
HUKUM ALAM
(Azam Jauhari)
Ia yang melampaui batasan ruang dan waktu
Dalam kefanaanya ada keabadiaan
Namun keabadian tak dicapai dengan hukum
Walau hukum adalah abadi
Dan hukum tak tahu keadilan
Yang tahu keadilan Cuma Dia
Dia yang punya segala ruang dan waktu
Dia yang terakhir dalam keakhiranNya
Namun Dia tak punya akhir
Akhir adalah kepunyaan Nya
Dia abadi dalam keabadian
Dia abadi dalam keadilan
Dan..
Dia yang punya hukum abadi
WANITA ADALAH….
(Azam Jauhari)
wanita adalah dermaga kapal bersandar
ia adalah rindu tempat buih meniti laut
jiwanya adalah kelembutan rimbun daun
dan senyum…
adalah matahari yang membelah buana
duri adalah permadani
bila berjalan bersamanya
bening mata adalah tenangnya telaga
tangan siapa menjulur
membelai dalam gelap malam
dikedua kakinya gerbang surga membuka
waktu kuminta padanya langit
diberikannya langit tanpa awan
waktu kuminta padanya bunga
diberikannya setaman merah mawar
……
wanita adalah sungai yang mengalir
dikedalamannya terpantul biru langit
dan pada bening arusnya
adalah diri yang terhanyut
tiada mimpi tanpa ia hadir
16 Nov 1989
TRILOGI PERAHU KERTAS
(Azam Jauhari)
aku pengin sandarkan harapan
tapi dermaga yang semakin sayup
menjauh tinggal noktah
pasir yang berserak pada watas gelombang
nyanyikan kidung yang asing
aku pengin sandarkan perahu kertasku
pada pelabuhan harapan
yang semakin aku tak tahu
kapan dermaga akan kutemui
aku pengin sandarkan perahu kertas
pada ujung senyummu
yang semakin mengambang
dan tanggalkan goresan
pada dinding hati.
30 November 1989
KETIKA HUJAN TURUN SORE ITU
(Azam Jauhari)
Dan hujan menjanjikan sesuatu
Aku sendiri tak tahu
Lalu lalang manusia di bawah jendela
Mencari apa..?
Sekedar makna hidup
Atau Cuma kekaburan
Seperti kelabunya langit
Ah... semua kian menjauh
Dingin dan semakin tebal
Banyak orang berteriak tentang korupsi
Dan korupsi semakin mekar
Bagai mekarnya merah mawar
Bagai rekahnya bibir juwita
Dan birokasi yang sumpek
Pasar yang dikakangi
Monopoli
Dimanakah hak kami...?
Kampus Malang, 22 Mei 1990
ZIARAH I
(Azam Jauhari)
antara dua nisan
menghitung hari
menengok masa
semakin beranjak tua
antara setumpuk arti
tercecer sejumput makna
“aku menengok kuburku”
22 Des 1989
ZIARAH II
(Azam Jauhari)
Menegok kuburku
Ada yang tertinggal
Tapak kaki di pemakaman
Jasadku mengapung
Dalam hampa
Ruang dan masa
22 Des 1989
ZIARAH III
(Azam Jauhari)
Ada sesuatu yang terkubur
Dalam gelisah diri
Menampar langkah
Iringan usung keranda
Hantarkan jasadku keliang lahat
Gelora tertimbun tanah merah
Ada yang masih tersisa
Resah belum terkubur
Do’a para pelayat
Amien...!
23 Desember 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar